Pertanyaan ini sering muncul di kepalaku, terutama sebelum tidur, saat boker, sok ngenglish yaa...terserahlah, intinya "orang macam apa saya ini"
Meratapi hidup? bisa dibilang begitu, masih sulit rasanya menerima kenyataan drop out dari its tahun 2007, sekarang 2014, wow waktu terasa berjalan begitu cepat selama 7 tahun tanpa melakukan apapun.
Beberapa hal telah terjadi selama kurun waktu ini tanpa suatu yang berarti,bahkan setelah pindah ke UMM Malang. Orang macam apa saya ini?saya menyatakan pada diri sendiri sebagian dari diri ini tidak ingin merepotkan orang lain , tidak ingin merugikan orang lain, berjalan dalam kebaikan, menyenangkan orang lain, tapi dalam waktu yang sama saya merasa saya yang rugi sendiri. Seperti contoh ketika mereka berutang tidak dibayar.
Orang macam apa saya? dalam segala hal saya ingin kesempurnaan atau tidak (sempurna) sama sekali, padahal kesempurnaan hanyalah milik Allah, atau ada padanan lain untuk menyatakan kesempurnaan yang saya maksud? harmoni , mungkin....
Saya ingin segala sesuatu berjalan sesuatu harmoni, sesuatu berjalan sesuai hukum alamnya, adakah yang benar-benar seperti itu? seperti contoh ketika belajar keras, nilai bagus buahnya, ketika bekerja antusias, hasilnya memuaskan. Jujur...oh bukan, apa lagi...
Sangat membenci ketidakjujuran, di sisi lain ini adalah ironi karna ketika sampai saat ini belum melaksanakan amanat kedua orang tua bahwa jauh-jauh merantau menuntut ilmu dan pulang membawa hasil, ijazah sarjana.
Ini telah complicated, menjadi rumit, sepertinya saya sendiri yang membuatnya rumit, tapi di sisi lain saya tidak ingin larut dan ingin terus belajar, berkembang, melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dn orang lain. Menjadi rumit karna saya menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi sampai saya drop out, dan di sisi lain bertekad bahwa hidup harus terus berjalan,,,,tetapi...hidup yang seperti apa, perkembangan seperti apa...arah yang mana? yang sejatinya arah yang benar adalah arah kepada Allah swt di ujungnya.
Saya sempat kerja di ISP,mendesain web untuk orang-orang, menjadi makelar di kaskus.co.id, dan terakhir membuka jasa hackintoh, tapi tidak sama sekali menghasilkan materi?apa iya materi yang utama di dunia?padahal semuanya berproses...dan pertanyaan lain?apa iya ini jalanku? karena sementara saya terdaftar sebagai mahasiswa teknik sipil?gak nyambung.
Jika dirunut ulang ke belakang, sepertinya dari kecil saya tak punya hobi khusus, sejak kelas 6 SD saya telah merokok, ini juga yang menggerogoti keuanganku akhir-akhir ini, sejak kecil saya belajar qira'ah al Qur'an imam hafs pada ustad di kampung, pulang sekolah seperti anak-anak kampung pada umumnya, bermain sampai sore,malam hari mengaji, bermain tenis meja, bulutangkis, sepakbola. SMP pindah ke kota Bau-Bau, belajar serius, selalu juara kelas, dengan tujuan nilai bagus demi masuk SMA favorit, SMA pindah kota lagi, belajar serius, sambil tetap ikut pengajian keagaamaan, selalu juara di kelas, sampai masuk perguruan tinggi favorit yang diinginkan di teknik sipil ITS.
Tujuh tahun lalu,2007 menjadi titik nadir semuanya. Ketika saya mulai mengacaukan semuanya,kerja di warnet dan tidak fokus tujuan awal. Ah sudahlah hidup terus berjalan,kan :) . Di sisi lain saya tidak pernah benar-benar memaafkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Di sisi lain, pemikiran setan/jahat "menyalahkan" Tuhan atas apa yang terjadi (Ah berani-beraninya,kau!:( , menjadikan diri seorang agnostik, kepercayaan diri hilang.
Pada saat azan bergema, ada rasa malu atas panggilan muazin untuk sembahyang berjamaah, tapi makin hari hati makin keras seperti batu, sementara di relung jiwa yang lain berteriak "orang macam apa kau ini".
Fabiayyi aala irobbikumaa tukadziban, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustai...selalu berdengung-dengung surat Ar rahman ini dalam jiwa ini. Kata orang Jawa, urip iku sawang-sinawang, saling melihat, bahwa cobaan dan nikmat itu silih berganti...tak ada manusia yng hidupny benar-benar sempurna.
Tetapi itu lagi, hidup adalah proses, benarkah prosesku sudah benar? kebanyakan berdiam diri di kamar , lebih cenderung mencari uang lewat internet, daripada menyelesaikan sisa mata kuliah dan pulang dari rantau.
Sementara itu waktu terus berjalan, 27 tahun seorang laki-laki seharusnya sudah masuk usia pernikahan, sementara, menoleh ke belakang ada amanat yang belum selesai, tidak ada penghasilan yang tetap juga. Bagaimana berproses yang terang dan jelas. Pikiran buruk saya kadang berkata, tak usahlah saya menikah seumur hidup, kasihan anak orang, juga toh Sayyid Qutb menjomblo seumur hidupnya.
Dan kepada-Nya lah seharusnya saya mengadukan semua ini, tetapi karna kekerasan hati enggan beribadah, semuanya menjadi tambah kacau dan berputar di situ-situ saja sekarang.
Baiklah,uneg-uneg ini telah saya tumpahkan sebagian hari ini,trimakasih blogspot. Semoga besok ada progres