2009-12-20

Akhirnya Sholat Juga

Sebulanan tak shalat rasanya aneh, seakan mempermainkan agama kupikir, banyak sekali pikiran yang menghantui membuatku semakin jauh dengan Allah Subhana Wa Ta'ala, mulai dari kuliah yang berantakan, kesulitan mengontrol pengeluaran rokok, dan juga masalah wanita yang kuditolaknya. Akhirnya tadi aku memutuskan untuk mencoba lagi dari awal dengan niat tulus murni lillahi taala.

Kemalasan mencuci juga salah satu faktornya, karena syarat pertama ibadah itu thararah, atau suci dari hadas besar dan yang kecil-kecil, karena pakaianku tak ada yang bersih semua malaslah aku shalat,ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Satu perkara membebani perkara yang lain, entah kapan kupelihara penyakit setan bernama malas mencuci ini, telah 7 bulan aku tak mencuci, seperti telah jadi orang "sakit"

Pernah kumencoba untuk rajin mencuci, tapi sama saja, setelah itu malas lagi, penyakit bawaan dari Surabaya terbawa ke Malang.

Pas kuperiksa lemariku yang tinggal baju almamater dan jaket, rupanya masih ada sepasang baju dan celana yang lupa tak sering kupakai lagi, akupun berpikir kenapa aku tak pakai untuk shalat saja, mumpung.

Jebakan setan benar-benar ampuh terhadap perkara shalatku ini, karena malas mandi, malas mencuci, aku jadi malas shalat, dan parahnya aku tahu itu, kebodohab nomor duabelas yang kupelihara sejak tamat SMA.

Saya berharap shalat tadi adalah awal shalat yang lainnya, agar supaya tak terlalu banyak dosaku dimuka bumi ini, apalah gunanya makan enak, rokok terjamin, keluarga bahagia, jika tak diikuti dengan ibadah shalat. Mengenai ibadah lainnya seperti puasa sunah,shalat tahajjud, shalat duha, dan lain sebagainya nantilah menyusul, yang penting yang pokok dulu, ibadah mahdha ini pikirku.

Kupikir malu juga rasanya lihat semangat orang-orang tua dan yang anak-anak berlomba-lomba shalat, bukan sembarang shalat lagi kulihat mereka, shalat berjamaah, shalat yang pahalanya 27 derajat dibandingkan shalat sendiri (itu tau...tapi tak kau lakukan, dasar idiot!!!) Sementara masih muda, masih kuat, tapi malasnya minta ampun, rasa enggan yang kuat, jangan samapilah penyakit enggan ini berkepanjangan, karena kata Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wasalam bahawa umatnya semua akan masuk surga kecuali orang-orang yang enggan. Dan parahnya kutahu itu kutahu dalilnya tapi tak kulaksanakan juga, munafikkah?idiotkah? wallahu 'alam bissawab

Jika kudengar azan dari masjid sebelah kos-kosan, muazinnya suaranya jelek sekali, orangnya kedengaran sudah sangat tua, kupikir sekitar umur 80 tahunlah, tapi bukan suaranya yang paling penting, tapi semangatnya itu, salah yang muda-mudalah, kenapa bukan seperti saya contohnya atau anak muda yang lain yang pergi azan, kenapa harus kakek-kakek seperti itu yang suaranya tidak menggerakkan hati ke masjid.

Pokoknya cobalah lanjutkan saja kupikir, usaha memulai keistiqamahan shalat ini perlu saya jaga, insya Allah jika sering shalat dan berdoa, hidupku yang kacau dan berantakan ini bisa kutata ulang lagi, dimulai dari menata hati, karena shalat menenangkan hati, teorinya seperti itu, prakteknya tergantung pelakunya sepertinya.